Mengembalikan Jati Diri Bangsa tidaklah semudah membalikan telapak tangan, begitu juga Meraih kemerdekaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Butuh sikap pantang menyerah, berani mati, dan harus mengedepankan rasa nasionalisme yang tinggi. Jika kita menengok 64 tahun lalu, sikap-sikap patriotisme dan gotong royong inilah jati diri bangsa yang membawa bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena itu, sudah sepatutnya jika generasi penerus menghargai jasa para pahlawan nasional.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi dan komputerisasi melalui media Internet, sikap-sikap patrotisme yang tertanam dalam diri setiap pejuang kemerdekaan itu tidak terpatri dengan baik dalam diri generasi penerus. Euforia kemerdekaan hingga hedonisme terus mengikis sikap-sikap patriotisme itu. Bahkan, di tengah krisis multidimensi akhir-akhir ini, rasa nasionalisme sebagai jati diri bangsa Indonesia terkesan pudar. Di era komputerisasi dan komunikasi internet dan handphone ini dengan mudah kita mengkampanyekan sudah saatnya kita mengembalikan jati diri bangsa Indonesia.
Jangankan nasonalisme dan patriotisme yang memudar sikap sopan santun, cinta damai, toleransi, tepo seliro, ramah dan banyak hal positif lain yang menjadi ciri khas bangsa tempo dulu, seiring waktu mulai berkurang akibat arus globalisasi dan komputerisasi Internet, STOP !!! jangan sampai hal ini terjadi pada bangsa kita yang tercinta ini. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus melestarikan dan bertugas mengembalikan jati diri bangsa.